Batam (Solopos.com)–Kapal MV Hyundai 105 yang tenggelam di perairan Batam, 24 Mei 2004 silam, mulai diangkat bangkainya sejak Maret 2011 lalu. Para nelayan mengeluhkan pengangkatan bangkai kapal yang membawa ribuan mobil ini, karena menyebabkan laut kotor dan membuat ikan menjauh.
Pemotongan bangkai kapal di dasar laut itu telah memunculkan lumpur laut. Akibatnya, air laut di bagian pertengahan menjadi keruh dan membuat ikan pun menghilang di sekitar lokasi tersebut.
“Lumpur dasar laut yang naik ke bagian tengah laut menyebabkan ikan menghilang di lokasi dan membuat hasil tangkapan kita jauh berkurang. Bila biasanya kita mendapatkan 20 kg per hari, kini mendapat 4 kg saja susah,” tutur Amdan, seorang nelayan, Jumat (8/4/2011).
Padahal kata Amdan, sudah dua tahun terakhir ini para nelayan memasang karang buatan di sekitar bangkai kapal. Karang buatan yang disebut Unja ini berupa jerigen berisi daun kelapa yang diikat tali, lantas ditenggelamkan dengan pemberat batu. Tujuan Unja adalah agar ikan-ikan banyak berkumpul.
Lebih dari 200 unja terpasang di sekitar bangkai kapal tersebut. Dari atas permukaan laut, nelayan nantinya menangkap ikannya dengan cara mengkail atau dengan jaring. Namun dengan aktivitas pemotongan bangkai kapal, ikan yang biasa berkumpul di Unja pun menghilang.
“Bagaimana ikan mau datang, kalau di pertengahan air laut ternyata sudah keruh akibat lumpur yang terbawa dari pemotongan bangkai kapal tersebut. Ikan baru akan kembali ke lokasi yang sama minimal membutuhkan waktu satu tahun kedepan,” kata nelayan asal Belakang Padang, Batam, ini.
Mereka tidak tahu harus berbuat apa atas pengangkatan bangkai kapal tersebut. Nelayan kini kewalahan untuk mencari ikan di perairan yang selama ini merupakan gudangnya ikan di daerah perbatasan dengan Singapura tersebut.
“Kami harapkan pemerintah dapat memperhatikan nasib kami untuk menjembatani dengan pihak perusahaan yang mengangkat bangkai kapal tersebut. Modal kami sudah banyak untuk membuat Unja itu. Minimal satu Unja bisa menghabiskan dana Rp 1 juta. Sekarang Unja kami tidak berfungsi karena ikan sudah menghilang dari lokasi tersebut,” kata Aleng nelayan lainnya.
Sebagian bangkai kapal Hyundai 105 yang sudah diangkat diletakkan di atas kapal tongkang Bestindo II asal Jakarta yang dikerjakan PT Smith Salvage Co Ltd.
Sekedar diketahui, kapal MV Hyundai 105 bertabrakan dengan MT Kaminesan pada 24 Mei 2004 silam. Akibat benturan supertangker yang bobotnya empat kali lipat itu membuat MV Hyundai 105 tenggelam karena dinding kapal ada yang pecah. MV Hyundai 105 yang berbobot 41.000 ton, menggangkut 4.191 unit mobil, sekitar 3.000 unit diantaranya Hyundai dan Kia baru dan 1.000 unit mobil bekas eks Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar